Pengajar,
desain pembelajaran, dan peserta didik adalah 3 (tiga) hal yang selalu
disebut saat kita ingin berbicara tentang proses pembelajaran. Mengapa
demikian ? karena sesungguhnya 3 (tiga) hal tersebutlah yang menjadi
motor dalam pergerakan sebuah roda pembelajaran.
Pengajar
disini dapat diartikan secara luas, apalagi dalam era internetisasi
saat ini. Salah satu dampak yang ditimbulkannya pada dunia pendidikan
adalah munculnya metode-metode pembelajaran secara elektronik (elearning atau online learning).
Hal tersebut akhirnya berimbas pada cara guru dalam menyampaikan atau
membahasakan materi di kelas, dari yang sebelumnya bertutur atau lisan
menjadi tulisan. Namun demikian, peran guru atau pengajar di kelas tidak
dapat tergantikan karena tidak semua peserta didik mampu belajar dan
memahami materi secara mandiri. Untuk mengatasinya adalah dengan cara
memblend antara metode klasikal dan elektronik (adanya hybrid instruction).
Menurut
Gagne, Briggs, & Wager (dalam Prawiradilaga, 2007) desain
pembelajaran membantu proses belajar seseorang, dimana proses belajar
itu sendiri memiliki tahapan segera dan jangka panjang. Mereka percaya
proses belajar terjadi karena adanya kondisi-kondisi belajar, internal
maupun eksternal. Tapi menurut Kemp, Morrison, & Ross (dalam
Prawiradilaga, 2007) esensi disain pembelajaran mengacu pada keempat
komponen inti, yaitu siswa, tujuan pembelajaran, metode, dan penilaian.
Peserta
didik adalah semua individu yang menjadi audiens dalam suatu lingkup
pembelajaran. Biasanya penyebutan peserta didik ini mengikuti skup/ruang
lingkup dimana pembelajaran dilaksanakan, diantaranya : siswa untuk
jenjang pendidikan dasar dan menengah, mahasiswa untuk jenjang
pendidikan tinggi, dan peserta pelatihan untuk diklat.
Peserta didik adalah masukan mentah (raw input) dalam sebuah proses pembelajaran yang harus dithreat agar output dan outcomesnya
sesuai dengan yang dicanangkan institusi (khususnya) dan dunia
pendidikan Indonesia pada umumnya. Agar keluarannya dapat beradaptasi
dengan kemajuan zaman, maka sudah sepatutnya materi dan cara
pembelajarannyapun disesuaikan dengan dunia nyata juga. Hal tersebut
biasa dikenal dengan model pembelajaran inovatif.
Penilaianpun juga sudah melakukan terobosan atau inovasi. Terbukti, saat ini paper and pen
bukanlah satu-satunya cara untuk menilai keberhasilan belajar peserta
didik. Asesmen portofolio, autentik, dan lain-lain adalah sedikit dari
banyak inovasi cara menilai keberhasilan peserta didik yang lebih
menitikberatkan pada proses.
Kalo mau tahu versi lengkapnya silahkan di klik langsung attachmentnya aja yauw...
|
Friday, October 28, 2011
Home »
» INOVASI MODEL DAN EVALUASI PEMBELAJARAN
0 $type={blogger}:
Post a Comment